Minggu, 25 April 2021

Kamu (Bukan) Kaktus


Kaktus itu mulai menguning tubuhnya layu sudah lama tidak bertemu air, duri-durinya berguguran melambangkan masalah dan luka yang tiada habis.

Orang berpikir sebentar lagi ia mati suri, sebab tiada lagi harapan yang mampu membuatnya tetap tegak berdiri.

Wadah potnya berisi secuil tanah menandakan bahwa dia tidak bisa keluar dari dunianya yang sempit ini. Tetap berada di atas meja atau ikhlas menjadi hiasan kamar.

Tubuhnya dipenuhi banyak duri, tampilannya kurang rupawan, maka tiada pilihan selain tahu diri. Ditambah lagi jika tidak berhati-hati yang tidak bersalah akan tersakiti.

Tapi, andai kau melihat lebih ke dalam tubuhnya. Ia kuat tumbuh di padang pasir. Ia jujur dan terbuka dengan kekurangannya, tidak pernah memanipulasi, tulus dan tanpa pamrih.

Karena itu, kadangkala, aku ingin menjelma menjadi kaktus. Tetap kuat berdiri pada semua cuaca dan kondisi sekalipun terik, hujan dan badai akhirnya mampu terlewati.

Sebentar, aku ini manusia bukan kaktus berduri. Sudah seharusnya aku lebih kuat menghadapi keras dan kejamnya dunia ini.

Kaktus, lagi dan lagi, terima kasih karena selalu menginspirasi.

🌡 25 April 2021

Rabu, 21 April 2021

Hold My Hand🀍


Kini aku sadar, hidup bukan sekadar mengikuti perlombaan untuk meraih sebuah kemenangan melainkan untuk membahagiakan orangtua.

Karena pada akhirnya kita akan bersaing dengan umur orangtua yang semakin menua.


Dikala hujan turun, Medan
-Sastramelangit-

 

Be your Self!




Sepertinya sudah menjadi kecenderungan untuk kita terlalu memikirkan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita, daripada bagaimana cara kita bisa jujur terhadap diri sendiri dan bisa menikmati hidup tanpa adanya rasa hanya sekedar untuk terlihar hebat dan keren.

Kita tau bahwa kebanyakan dari ketakutan, kecemasan itu sesungguhnya muncul dari diri pikiran kita sendiri. Dan apa yang dipikirkan, dilontarkan orang lain tentang kita tidak akan mengubah kenyataan, kecuali kalau kita sendiri yang mengizinkan hal tersebut terjadipada diri kita sendiri.

Jadi, coba kita perhatikan lagi apa benar kecemasan yang kita rasakan selama ini memang layak untuk menjadi beban pikiran kita atau itu hanya ulah pikiran kita sendiri yang kemudian kita izinkan untuk membebani hidup kita atau bahkan merampas kebahagiaan kita?

-Adjie Silarus

Makna


Pernah di satu titik rasa-rasanya ingin melepas salah satu kesibukan. Bukan tentang ingin bermalas malasan, tapi... Hanya ingin seperti yang lain. Memiliki waktu istirahat yang cukup, belajar diluar bidang dan lebih dekat dengan keluarga...

Sesederhana raga yang ingin sekedar beristirahat sejenak. Menghela nafas panjang setelah selama ini berlari dan terus berlari...

Namun... Sejenak teringat, jika langkah ini tehenti, jika salah satu Kesibukan ini dilepas, bagaimana dengan keluarga yang sekarang menjadi bagian dari tanggungjawab kita...
Bagaimana dengan tugas"  yg diberikan oleh d**** yang terkadang deadline. Waktu yang begitu singkat setiap hari harus dibagi dengan tepat. Ehe, semua penuh tanggung jawab.

Bukan tentang tak meyakini pertolongan Allah... Hanya saja bukankah diperlukan ikhtiar atas segala yg kita doakan?

Jika mereka berlari dan terus berlari agar dapat menyaingi satu sama lain.... Tak mengapa jika saat ini kita juga berlari dan terus berlari untuk mengikhtiarkan sesuap nasi untuk keluarga, ternyata menjadi pejuang ekonomi keluarga tak mudah bukan?

Adakalanya ingin istirahat sejenak menghela nafas.... Sembari bersyukur atas segala nikmat...

Terimakasih 2 tahun berharga, yang mengajarkan tentang makna berjuang untuk terkasih....

Terimakasih sudah mau menjadi kuat ❤️

~Catatan Ramadhan Day 9πŸŒ™~

Tanggung Jawab Iman

Baca dua ayat di atas, Al A'raf: 123 &124, kerasa banget sombong dan self-centered nya Fir'aun jamannya Nabi Musa, apalagi pas pengakuan dirinya sebagai tuhan. Meski begitu, Asiah, istrinya, maasyaallah; Allah beri hidayah keimanan. Sehingga, meski suaminya bejat sedemikian rupa, sama sekali nggak ngaruh ke beliau.
Kalau kata Ustadz Ammar di postingan beberapa hari lalu saat nyeritain kisah Ummu Habibah yang suaminya murtad padahal termasuk generasi awal masuk islam: "Ia punya garis kesholihannya sendiri, tanpa bayang-bayang suami."

Iya, seharusnya demikian; keimanan kita nggak bergantung pada orang lain, juga lingkungan. Meski semua mempengaruhi, tapi tetap saja kita yang bertanggung jawab penuh terhadap keimanan kita.

Semoga Allah Istiqomahkan kita di atas keimanan pada-Nya hingga akhir nanti. Wallahu a'lam.

09 Ramadhan 1442 Hijriyah

Mencari Yang Terlupa



Hari berganti hari, sedangkan aku masih begini-begini saja. Menjalankan tugas sebagaimana perintah, menjalankan amanah sebagaimana biasanya. Aku ibarat seorag penumpang bus yang hanya duduk menatap jendela dengan tatapan kosong, hanya mengikut sopir, sedang tak tahu kapan dan dimana nanti hendak diturunkan.

 Aku tahu, ada yang tak beres dengan keadaan ini.

Menengok kembali kepada pecahan memori lama, tentang gambaran diri yang rasanya lebih kerap tersenyum dan bersemangat, meski isengnya tidak bisa dikendalikan juga. Akan tetapi, aku menyukainya, diriku dalam potongan memori itu yang punya satu dua mimpi yang ingin diraihnya.

Ah, itu dia. Kekosongan ini sebab tak ada mimpi yang dicita, juga lumbung tekad yang kering diterpa kemarau panjang.

Kisah perjalanan hidup Naruto saja menjadi master piece sebab mimpinya untuk menjadi seorang Hokage. Yoh Asakura yang sangat santai pun punya tekad untuk menjadi Shaman King. Gon yang masih berusia 12 tahun pun berkeinginan menjadi seorang Hunter agar bisa bertemu dengan ayahnya. Bahkan Hachi yang lemah itu punya tekad untuk menemukan ibunya. Iya, inilah mereka, para tokoh dalam cerita fiksi yang menjadi 'tokoh utama' sebab tekadnya. Lalu, bagaimana dengan diriku sendiri? Bukankah aku adalah tokoh utama dalam cerita hidupku?

Apakah biasa, atau bertekad baja? Que sera-sera~

Mari menyelami kedalaman pikiran dan hati; sebenarnya mimpi, obsesi, dan cita-cita apa yang hendak diraih diri? Apakah puas dengan menjadi pribadi biasa yang terlempar kesana kemari sebab tak punya jalan sendiri yang ingin ditapaki?

Selamat mencari, kawan! Mencari mimpi besar yang dapat mewarnai hidupmu, :)

(21/04/21)

Pict source : Pinterest



Sabtu, 17 April 2021

Memang terlihat sederhana, tapi aku bahagia saat mendengarkan orang lain bercerita tentang mimpi-mimpi dan harapannya.

Iya, bahagia. 

Karena pernah dipercayai untuk memegang rahasia besar yang akan ia taklukan nantinya.

Juga karena pernah menjadi bagian dari perjuangan terwujudnya mimpi itu.

Dan bagiku, nantinya itu semua akan menjadi perjalanan terimakasih.

Terimakasih sudah mengenalkan dunia penuh warna yang dipenuhi harapan. Ia berbunga di hidupku setiap hari, dan aku akan merawatnya selalu.

Medan, 17 April 2021


الشفاؑ

Menulis adalah imajinasi tertinggi dari kreatifitas seorang manusia, in my opinion.

Bagaimana seorang manusia yang seringkali rumit, memiliki ratusan bahkan ribuan hal bercabang dalam otaknya, 

dengan ajaibnya mengeluarkan dan merangkai itu semua kedalam sebuah tulisan yang teratur.

Dan keindahan lain dari sebuah tulisan, ia adalah penyederhanaan rasa, pelepasan emosi dan semacam obat yang menyembuhkan bagi sebagian orang.

Writing is healing..when you just too complicated to speak up.

Menulis itu, seni terindah yang berasaskan rela sama rela, tidak terukur oleh kemahiran seseorang. 

Karena ia hadir tanpa paksaan, mengalir deras namun tetap bersuara tenang.

Menulis itu, bahagia.

23.40

Sefruit Malam

Dalam menerima nasihat, manusia bisa punya tanggapan yang macam-macam. Ada yang punya ego tinggi yang kalau di tegur denial dulu, baru setelah itu mikir dan minta maaf. Ada yang nerima langsung pendapat orang lain tersebab kurang percaya diri dengan pendapatnya sendiri, padahal mungkin saja pendapatnya benar. Ada juga si bijak yang asertive, mendengar dulu baru menyampaikan pendapatnya.  

Pertanyaannya, bisakah kita memahami ini? Kadang sih kita suka gak ridho yaa, baik sebagai yang pihak yang menasehati ataupun yang dinasehati.  Tapi sih, kita gak bisa mengeneralis kualitas seseorang secara general. Kan tiap-tiap orang punya kepribadian yang berbeda. Kepribadian itu terbentuk dari mana? Bisa dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Jadi, gak fair kalau kita sebagai pihak yang nasehati ataupun menasehati langsung mengeneralis kalau misal kita nasehatin dia langsung terima. Orang lain itu gak sama dengan kita, pun kita gak sama dengan orang lain. So, intinya belajarlah memahami orang lain. Jangan minta terus dipahami tapi lupa untuk saling memahami. Mengalah bukan berarti kalah, tapi semata2 menghormati orang lain yang mungkin berbeda dari kita. Sama2 belajar yaa... 

Setiap orang memiliki kualitas diri yang berbeda beda, bisa jadi yang terlihat biasa saja lebih miliki potensi skill atau kualitas diri yang luar biasa diluar sepengetahuan kita. Be your self !!!

06 Ramadhan 1442 Hijriyah.

Minggu, 04 April 2021

Berjuang

Selamat berjuang dan memperjuangkan!

Berjuang menjaga hafalan,
Berjuang menjaga hati,
Berjuang mengerjakan tanggung jawab,
Berjuang menjadi pendidik,
Berjuang menaklukkan diri sendiri,

Berjuang,
Dan berjuang,

Memang sejatinya,
Hidup adalah berjuang dan memperjuangkan,
Akan selalu ada perjuangan pada setiap fase perjalanan,

Jadi,
Selamat berjuang dan memperjuangkan!🀍

04042021
#menulis30menit

3 Rumpun Hati, 3 Mantra Kehidupan

1. Apa yang ditakdirkan untukku, akan sampai kepadaku.  2. Jika Aku berbuat baik, maka yang baik akan datang kepadaku.  3. Hidupku dalam gen...