Ketika sudah lulus sekolah, orang bertanya kau kerja dimana?
Ketika belum bekerja, orang bertanya kau tak bosan kah menganggur terus?
Ketika sudah bekerja, orang bertanya berapa gajinya? Kerja dimana? Enak gak?
Ketika orang tersebut mengetahui gaji mu semisal dibawah umr, mereka bertanya ; cukup apa gaji segitu? Ga kekecilan?
Ketika resign dari pekerjaan, orang bertanya mengapa kau menyia-nyiakan pekerjaan itu?
Ketika sudah bekerja kembali, orang bertanya mengapa kau tak kuliah saja?
Ketika kau rencana ingin kuliah, orang bertanya apakah kau membiayai uang kuliah sendiri?
Ketika berangkat untuk pergi beraktifitas menggunakan angkutan umum, orang bertanya mengapa kau tak memakai atau bahkan membeli kendaraan pribadi?
Ketika lajang, orang bertanya kapan kau akan menikah?
Ketika sudah menikah, orang bertanya kapan kau punya anak?
Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mungkin kita sering temui di kehidupan sehari-hari. Banyak dari kita yang merasa risih. Mau gimana lagi? Pertanyaan tersebut pasti akan terus terlontarkan dari mulut manusia selama kita hidup di dunia.
Ada yang mengatakan, "Selalu melelahkan dan membosankan yaa mendengar pertanyaan berulang yang dimulai dengan kata tanya 'kapan' ataupun 'kenapa' "
Mungkin sekilas terdengar biasa, tapi bisa juga berbahaya. Sejak di landa quarter life crisis, diri ini jadi lebih berhati-hati mengajukan pertanyaan macam itu. Untuk saling menjaga hati, menjaga perasaan, supaya tak ada perasaan yang tersinggung. Bahkan, diam lebih baik bukan?
Kehidupan setiap orang itu berbeda. Dari tingkat permasalahannya, ujiannya, itu pasti beda semuanya. Dan kita ini tak sama.
People will never be happy and they’ll never stop talking. FORGET THEM! Fokuslah terhadap apa yang akan kamu capai! Percayakan pada Allah seutuhnya.
Medan, 14.30 WIB -Nov-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar